Ilmu tidak untuk di Banding-bandingkan dan di kompetisikan tp Ilmu untuk dishare dan diamalkan deng

Jumat, 26 November 2010

Telaah Kitab Al-Qanun al-mas'udi Biruni tentang gerak, bentuk dan ukuran bumi

ABU RAIHAN AL- BIRUNI

(Telaah Kitab Qanun al-Mas’udi : Bentuk, Ukuran,dan Gerak Bumi)

I. PENDAHULUAN

Namanya tak diragukan lagi di pentas sains dan ilmu pengetahuan abad pertengahan. Dunia ilmu pengetahuan mengenalnya sebagai salah seorang putra Islam terbaik dalam bidang filsafat, astronomi, kedokteran, dan fisika. Wawasan pengetahuannya yang demikian luas, menempatkannya sebagai pakar dan ilmuwan Muslim terbesar awal abad pertengahan. Ilmuwan itu tak lain adalah Al Biruni.

Hal yang lebih penting lagi, jiwa kritis yang dimiliki oleh cendekiawan muslim ini berusaha mencegah taklid buta terhadap segala hal. Ketika menyerap ilmu dari peradaban lain, semua ditimbang dengan dasar al-Quran dan Sunah dengan perangkat akal yang diberikan Allah Swt.. Bahkan Ptolomeus dengan al-Magest-nya yang dipuja dan dijadikan acuan manusia selama berabad-abad tidak luput dari sasaran kritik. Dalam Qanun al-Mas’udi Biruni memaparkan pendapatnya dan sekaligus memberikan kritikan terhadap teori yang telah dicetuskan oleh ptolomeus yang dirasa tidak sesuai dengan nalar dengan berdasar pengamatan dilapangan. Dalam makalah ini penulis menyuguhkan berbagai pendapat al-Biruni tentang Ukuran, bentuk dan gerak bumi dan mengkritisi pendapat Ptolomeus tentang hal tersebut. Kesimpulannya, sikap anti taklid inilah yang menguatkan argumen tentang independensi peradaban Islam dan sikap berpijak dari agama.

II. PEMBAHASAN

Bernama lengkap Abu Raihan Muhammad ibn Ahmad Al Biruni, ilmuwan besar ini dilahirkan pada 362 H atau bulan September 973 M, di desa Khath yang merupakan ibu kota kerajaan Khawarizm, Turkmenistan (kini kota Kiva, wilayah Uzbekistan). Ia lebih dikenal dengan nama Al Biruni. Nama "Al Biruni" sendiri berarti 'asing', yang dinisbahkan kepada wilayah tempat tanah kelahirannya, yakni Turkmenistan. Kala itu, wilayah ini memang dikhususkan menjadi pemukiman bagi orang-orang asing.

Dibesarkan dalam keluarga yang taat beragama, Al Biruni tumbuh dan besar dalam lingkungan yang mencintai ilmu pengetahuan. Meski tak banyak diketahui tentang masa mudanya, termasuk pendidikan formalnya, namun ulama yang tawadlu ini dikenal amat mencintai ilmu dan gemar membaca dan menulis sejak remaja. Tak heran bila kemudian masih di usia muda ia sudah tersohor sebagai seorang ahli di banyak bidang ilmu. Salah satu buku yang paling penting bahwa Al Biruni menulis adalah "Al Qanun Al Masudi" ("The Canon Al Masudi"). Ini adalah buku yang signifikan pada astronomi, yang ia berhak untuk menghormati Sultan Masud dari Ghazna.[1]

Al-Qanun Al-Mas'udi adalah ensiklopedi astronomi yang paling luas. Di dalamnya ia memperkenalkan istilah-istilah falak, memperbaiki temuan Ptolemeus, dia juga mendiskusikan tentang hipotesis gerak bumi. Ia mengambil begitu saja bahwa bumi itu bulat, mencatat “daya tarik segala sesuatu menuju pusat bumi,” dan mengatakan bahwa data astronomis dapat dijelaskan juga dengan menganggap bahwa bumi berubah setiap hari pada porosnya dan setiap tahun sekitar matahari.

A. Memahami Terminologi Astronomi

Biruni mulai memperkenalkan istilah-istilah astronomi, dengan sebagian menggunakan istilah falak / arab. Sesungguhnya bola langit itu tidak ada sama sekali dan hanya bersifat imaginatif yang tidak lain karena ruang cakrawala ini amat sangat luas, sehingga bola langit itu dianggap ada, sekedar untuk memudahkan penyelidikan-penyelidikan di angkasa raya, sehingga benda-benda langit itu dapat kita dinyatakanlebih mudah dimana letaknya dan bagaimana hubungannya satu sama lain.

Adapun bola langit yang dianggap ada itu adalah ruangan yang maha luas yang berbentuk bola yang dapat kita lihat sehari-hari tempat matahari, bulan, dan bintang-bintang bergeser setiap saat. Bintang-bintang itu kita lihat seolah-olah berserak disebuah kulit bola sebelah dalam, walaupun letak sesungguhnya adalah sangat berjauhan sekali. Sebenarnya yang kita dapat lihat sehari-hari itu adalah separoh bola saja, sedangkan separoh lagi selalu tak dapat kita lihat dalam saat yang sama, karena pemandangan kita terhambat oleh Bumi.

Bumi kita ini adalah merupakan satu titik saja dipusat bola langit dan titik pusat bola langit adalah berimpit dengan titik pusat bumi. Biruni memperkenalkan beberapa istilah-istilah dalam ilmu falak, antara lain:

1. سمت الراءس [2] atau biasa disebut dengan istilah zenith, yaitu titik perpotongan antara garis vertikal yang melalui seorang pengamat dengan bola langit di atas kaki langit.[3]

2. سمت القدم [4]dan biasa disebut dengan istilah Nadir adalah perpotongan antara garis vertical yang melalui seorang pengamat dengan bola langit di bawah kaki langit. Tiap tempat dibumi memiliki garis vertical, zenith, dan nadirnya masing-masing.

3. Ufuk Hissi[5] atau Horizon semu adalah bidang yang rata yang menyinggung bumi yang dapat kita tarik dari tempat kita berdiri (antara kaki kita dengan tanah). Bidang ini tegak lurus dengan garis vertikal.

Biruni juga menambahkan bahwa yang dimaksud dengan ketinggian itu adalah sesuatu yang dihitung dari atas kepala sampai obyek yang dimaksud dan semakin menjauhi pusat bumi. Sedangkan yang dimaksud dengan kerendahan adalah sesuatu yang dihitung dari bawah kaki sampai obyek yang dimaksud.

B. Konsep “Gerak Bumi’ dan Tatanan heliosentris[6] yang diungkapkan oleh Biruni

Karya yang mengkaji tentang matahari sebagai pusat tata surya yang dikelilingi berbagai benda langit oleh Biruni dilakukan sekitar tahun 1030 M. Ia merupakan orang islam pertama kali yang menolak adanya teori geosentris[7] yang dikemukakan oleh Ptolomeus, ia menganggap bahwasanya teori geosentris tidak masuk akal, sehingga ia menulis karya ini untuk mendeklarasikan teori baru tentang matahari sebagai pusat peredaran benda-benda langit.

Pada hakikatnya sebagian besar ilmuwan Timur sebelum Biruni masih melanjutkan pengembangan gagasan ptolomeus. Misalnya “ Bumi tidak bergerak dari tempatnya, tidak pula bergerak di tempatnya”. Secara rinci dari pengamatan dan perhitungan pribadinya, Biruni meragukan pernyataan tegas tersebut. Biruni mengemukakan konsepnya sendiri tentang kemungkinan gerak bumi. Dia berkata;

Ajaran bahwa bumi itu diam adalah satu diantara dasar penting astronomi, dogma para astronom Hindu, tetapi ini memberikan banyak kesukaran berat”

Membuat analisis apakah bumi bergerak dan dalam arah bagaimana bergerak atau tidak bergerak, biruni mengutip pendapat astronom Hindu terkenal yaitu Brahmagupta:[8]

Para pengikut Aryabhata berpendapat bahwa Bumi bergerak, langitlah yang diam. Orang-orang berusaha menolak dengan alasan, andaikata demikian adanya maka batu-batu dan pohon-pohon akan berlepasan dari tanah.”

Biruni menambahkan lebih lanjut;[9]

Brahmagupta tidak setuju dengan mereka dan mengatakan bahwa itu (berlepasan), Sama sekali bukanlah akibat dari teori mereka, kiranya karena (Brahmagupta)berpikir bahwa semua benda ditarik kearah pusat bumi. Brahmagupta sendiri menulis : sebaliknya, kalau saja keadaanya demikian maka bumi tidak akan dapat mempertahankan gerakan beraturan dan gerakan semacam ini, yang terikat dalam kesesuaian penuh dengan berbagai posisi-posisi benda langit.

Biruni menerima sepenuhnya pendapat Brahmagupta tentang tarikan benda-benda ke pusat bumi.[10] Semua elemen (benda) mengarah ke pusat bumi dengan kecepatan yang sama. Alasan bahwa benda yang berat jatuh lepas cepat ke bumi daripada yang ringan adalah karena adanya hambatan dari udara. Para astronom terkenal yang baru maupun yang kuno secara serius mempelajari persoalan putaran bumi tetapi sambil berusaha menolak fakta bahwa bumi itu bergerak.

Dalam buku ini Al-Biruni membuktikan bahwa bumi bulat, planet dan bintang bulat, baik yang tidak bergerak maupun yang bergerak, baru berputar mengelilingi matahari dan bulan berdasarkan garis edarnya mengelilingi bumi. Pembuktian-pembuktiannya ini hampir enam abad mendahului pembuktian yang dilakukan oleh ilmuwan barat. Ia mendahului para astronom di dunia, alam menemukan gerakan poros bumi yang berputar condong, dan gerakan peredaran bumi mengelilingi matahari dalam satu tahun. Ia mengemukakan konsep kekuatan grafitasi bumi, yang merupakan satu bukti bahwa bumi berputar pada porosnya. Buktinya ada malam dan siang dan kita lihat matahari, bulan, dan bintang-bintang terbit di timur dan terbenam di barat. Kita tidak merasa gerakan rotasi tersebut, karena efek gaya gravitasi yang menarik kita tetap berada di permukaan bumi lebih dominan daripada efek gerak rotasi bumi tersebut.

Gravitasi adalah gaya tarik-menarik yang terjadi antara semua partikel yang mempunyai massa di alam semesta. Bumi yang memiliki massa yang sangat besar menghasilkan gaya gravitasi yang sangat besar untuk menarik benda-benda disekitarnya, termasuk makhluk hidup, dan benda benda yang ada di bumi. Gaya gravitasi ini juga menarik benda-benda yang ada diluar angkasa, seperti bulan, meteor, dan benda angkasa laiinnya, termasuk satelit buatan manusia.[11]

Dalam “Al-Qanun’, Al-Biruni membuktikan bahwa bintang bergerak mengelilingi poros rasi bintang. Ia menentukan letak 1024 bintang; ia meletakkan secara cermat masing-masing bintang itu pada galaksinya, dalam peta-peta astronomi kelangitan. Ia menjelaskan secara matematis akan gerakan planet-planet. Ia menghubungkan gerakan planet-planet itu dengan gerakan bumi di sekitar matahari, dan batas akhir lingkaran bumi. Ia mengukur jumlah hari dalam setahun, memperkenalkan musim-musim yang dilalui dalam setahun, pergantian musim dan ia menentukan waktu-waktu terjadinya musim ini.

Konsep tentang gerak bumi sebagaimana yang dituturkan diatas memberi dasar untuk penyimpulan bahwa Biruni telah banyak bekerja menelaah struktur system matahari. Mula-mula ia sampai pada kesimpulan bahwa system geosentris dan heliosentris alam semesta dapat digunakan untuk menerangkan berbagai gejala astronomi dengan keberhasilan yang sama. Tetapi kemudian Biruni dengan teguh berpihak pada sudut pandang system heliosentris. Para astronom terkemuka seperti Hasan Ali marakhsi (abad ke 13), Abu Ali Birdjanji (abad ke 16) dan lain-lainya berkali-kali menyatakan keheranannya bahwa pada waktu para ilmuwan besar yang otoritas ilmiahnya tidak diragukan termasuk Ptolomeus, ar-Razi, Ibnu sina berada pada pihak geosentrisme dan menganggap bahwa bumi tidk bergerak, ilmuwan Biruni telah memberanikan diri meragukan kebenaran geosentrisme tersebut dan bahkan berdiri pada pihak ajaran Heliosentrisme.[12]

https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEgx9qj_gnKJ7Z49ZZMrlvd-uE2Qc5HGidStR0LnOTCWEG2IF3VwO1mAMXfx2F74yQSJX_u8gV9v6ft7xHXa-K1rVL310XoJLORpZuqbJ_LHmy4YdBuZXGWHKs8vaF235d3Fy3JHYJagHkA/s320/Solar-System.gif

Dengan demikian kita dapat melihat bahwa pada kondisi Timur abad pertengahan pada waktu itu bahwa dominasi agama dengan kekuasaan tidaklah terpisahkan. Sebagian besar ilmuwan tidak diperkenankan berpendapat lain kecuali mengikuti ajaran Ptolomeus. Tentang penyajian system matahari, Biruni telah berusaha merintis jalan baru dalam ilmu pengetahuan , yaitu berdiri pada posisi heliosentris. Untuk ini diperlukan keberanian dan pengetahuan yang mendalam dalam astronomi.

S.p Tolstov dalam menilai jasa Biruni mengatakan; Pembaharu besar Biruni dalam memecahkan problema ilmu pengetahuan telah mendahului masanya, lebih dari setengah ribu tahun kedepan. Sebagai buktinya adalah khususnya masih 500 tahun sebelum penemuan besar Copernicus, Biruni telah berbicara tentang kemungkinan gerakan bumi, menyatakan keraguan pada system geosentris dengan segala kesimpulannya.[13] Namun demikian, situasi sosial dan tingkat keilmuwan umum pada masa Biruni hidup dan berkarya tidak mendukung pengembangan kesimpulannya yang sangat berani tentang system dunia. Biruni hanya sempat memberikan tugas (soal), sedangkan Copernicus dan Kepler dalam kondisi social yang sama sekali berlainan, dapat berhasil sampai pada solusi yang tuntas.

C. Bentuk dan Ukuran Bumi

Kepastian bahwa bumi berbentuk bola (bulat) sudah diketahui sejak ilmuwan Yunani purba. Pytaghoras (6 abad SM) berbicara tentang bentuk bola pada benda-benda langit dan bumi. Aristoteles (4 abad SM) juga menganggap semua benda langit dan bumi berbentuk bola. Sebagai salah satu bukti bentuk bola ini, bumi menunjukkan bayangannya yang bundar pada permukaan rembulan pada saat terjadi gerhana bulan. Di timur (asia tengah)perkembangan ilmu astronomi telah menempatkan soal bentuk dan ukuran bumi lebih mendasar daripada dalam ilmu Yunani purba. Ilmuwan, astronom dan ahli geografi terkenal yaitu Abu fida(1273- 1331)memberikan bukti elementerbentuk bola bumi;bintang-bintang terbit dan tenggelam diwilayah lebih ketimur lebih dulu daripada diwilayah yang lebih ke Barat. Seluruh bintang kutub utara dan bintang utaranaik diatas horizon lebih tinggi jika seseorang berada diwilayah lebih ke utara. Begitu pula bintang kutub selatan dan bintang selatan naik diatas horizon lebih tinggi jika seseorang pergi wilayah semakin ke selatan. Perbedaan ketinggian ini akan semakin jelas semakin jauh kepergian seseorang ke Utara atau ke Selatan.[14]

Melanjutkan ulasannya tentang bentuk bola bumi, Abu fida menulis: Bentuk bulat keseluruhan bumi tidak terusik oleh adanya gunung dan jurang; itu hanyalah tak rataan tanah, hanya kecil dibandingkan dengan ukuran bola bumi. Dari sejumlah penuturan waktu itu, yang membuktikan bahwa bumi itu bulat, telah berlanjut kemudian dengan dimungkinkannya perjalanan mengelilingi bumi(keliling dunia).

Bumi yang bulat menjadi dasar dan asumsi awal dari semua ajaran astronomi Biruni. Ia mengatakan : bentuk bulat bumi merupakan elemen astronomi yang tercantum dalam Bab pertama dari almagest karya Ptolomeus dan buku-buku lain nya. Dalam hal ini(bentuk bumi)antara ptolomeus dan Biruni sepakat bahwa bentuk bumi itu bulat(bola). Dalam karya astronominya, biruni mengkritik orang-orang yang meyakini sebaliknya. Ia berkata: seandainya saja bumi ini tidak bulat, maka siang dan malam tidak berbeda, apakah itu pada musim dingin atau musim panas, kenampakan planet dan gerakannya akan sama sekali lain, dari pada apa yang terlihat. Biruni memperkuat pendapat bahwa jika secara sengaja dilubangi permukaan bumi, maka akan dapat sampai pada sisi yang berlawanan , sehingga jika membuat lubang seperti itu sekitar fumanch, maka akan dapat muncul di negeri Cina.

Teori tentang bumi itu berbentuk bola(bulat) dengan menggunakan pendekatan teori grafitasi. Dengan grafitasi akan terjadi gaya tarik menarik dengan kekuatan yang sama disemua arah sehingga setiap variasi dari bola akan mengarah pada gaya grafitasi yang membawa bentuk kembali ke dalam sebuah bola.

Wacana bentuk bumi itu bola (bulat) baru berkembang di Barat pada abad ke 16 M, yaitu ketika Nicoulas Copernicus mencetuskannya. Ditengah arus kekuasaan gereja yang dominan Copernicus yang lahir di Polandia melawan arus dengan menyatakan bahwa seluruh alam semesta adalah bulat(bola). Sejarah Barat kemudian mengklaim bahwa copenicuslah ilmuwan pertama yang menggulirkan bahwa bumi itu bulat. Klaim barat selama berabad-abad itu akhirnya telah terpatahkan. Sejarah kemudian mencatat bahwa para sarjana Muslim lah yang mencetuskan teori bumi itu bulat. Ketika teori tentang bumi itu bulat berkembang di dunia barat, dunia Islam telah membuktikannya. Pada saat pemerintahan khalifah al-Ma’mun, para astronom muslim menyatakan bahwa keliling bumi mencapai 24.000mil atau 38,6 ribu kilometer. Perhitungan yang sudah dilakukan pada abad ke 9 itu sudah hampir akurat. Sebab hanya berbeda 3,6 % dari perkiraan yang dilakukan oleh para ilmuwan modern. Sebuah pencapaian yang terbilang luar biasa dan mungkin belum terpikirkan oleh peradaban barat pada masa itu.[15]

Fakta lain tentang pengakuan biruni bahwa bumi bulat adalah sejumlah penentuan besaran keliling bumi. Penentuan ukuran bola bumi telah sejak dahulu dilakukan oleh ilmuwan yunani purba. Penentuan ukuran bumi dilakukan oleh Eudoksius( 4 abad SM), yang menghitung keliling bumi sama dengan 400.000studium. yang kedua adalah Erathosthenes (3 abad SM) yang menghasilkan 250.000 studium. Ketiga adalah Posidonius(2 abad SM) menghasilkan 240.000studium , akhirnya oleh ptolomeus yang mendapatkan ukuran keliling bumi sebesar 180.000 studium. Tetapi dikarenakan tidak diketahuinya arti satuan yang dipakai(stadium) maka tidak dapat dinilai ketelitian hasil pengukuran tersebut.[16]

Namun demikian penelitian terus dilakukan dan biruni pun ikut andil dalam melakukan beberapa kali, sehingga ia mengatakan: sebenarnya lebih baik melakukan pemeriksaan ulang dan pengukuran daripada mencocokkan cerita yang diperoleh dari berbagai kelompok, tetapi tentunya harus memiliki sarana yang cukup dan harus memperhitungkan kondisi tempat-tempat yang permukaannya tidak rata. Disini dapat penulis simpulkan dari hasil pengukuran Biruni dari panjang keliling bumi adalah beliau memastikan 1°meridian samadengan 56,6 Mil arab dan satuan ini dianggap sebagai satuan yang hasilnya paling mendekati kebenaran, bila dihubungkan dengan satuan masa kini berarti 111,6km dan seperti diketahui sekarang panjang busur meridian 1° adalah 111,1km. dari sini terlihat bahwa pengamatan dan perhitungan Biruni telah dilakukan dengan ketelitian tinggi dan menghasilkan data yang mendekati data mutakhir.[17]

Pada Abad ke 10 M, Abu raihan al Biruni juga mengukur jari-jari bumi itu mencapai 6339,6 km. pengukuran itu hanya kurang 16,8 km dari nilai perkiraan ilmuwan modern. Saat itu biruni mengembangkan metode baru dengan menggunakan perhitungan trigonometri yang didsarkan pada sudut antara sebuah daratan dengan puncak gunung.[18]

III. PENUTUP

Sejumlah fakta menyatakan bahwa Biruni begitu kritis dan banyak persyaratannya dalam menilai karya astronomi, baik terhadap karya astronom seangkatannya maupun pendahulunya. Sebagai ilmuwan Biruni sangatlah mandiri dan orisinal pemikirannya. Semua yang didapat kan dari ilmuwn yang sebelumnya diperiksanya terlebih dahulu dengan teliti, memberi formulasi pembuktian dan setelah itu baru diputuskan penggunaanya, sambil melengkapi, memperbaiki dan mengembangkannya. Kepiawaian dan kecerdasan Al-Biruni merangsang dirinya mendalami sekitar ilmu astronomi. Al-Biruni konsisten mempertahankan pendapatnya tersebut, dan ternyata di kemudian hari terbukti kebenarannya menurut ilmu astronomi modern.

DAFTAR PUSTAKA

Abi Raihan Muhammad Ibnu ahmad, Kitab al-Qanun al-Masudi juz 1 Hindi:tt,1954.

Admiranto, G, menjelajahi tata surya, , Yogyakarta: Kanisius, 2009.

Djoko lelono, m, Abu Raihan al-Biruni dan karyanya dalam Astronomi dan Geografi Mtematika, Jakarta:Suara Bebas, 2007

Departemen Agama, Almanak Hisab Ru’yat Dep. Agama,Jakarta: PPBPAI, 1981.

Hambali, s, Ilmu falak, tt:1988

Simamora,Ilmu Falak(Kosmografi), Jakarta; Pedjuang Bangsa,1975

Hafi, teori bumi itu bulat, diakses darri website http://www.scribd.com/doc/36924208/Teori-Bumi-Itu-Bulat .

http://rumahislam.com/ensi/3-ilmuwan-muslim/596-al-biruni-penemu-gaya-gravitasi.html, diakses pada tanggal 18 nopember 2010.

http://ryanazrian.wordpress.com/al-biruni-2/, diakses pada tanggal 18 nopember 2010.



[1] http://ryanazrian.wordpress.com/al-biruni-2/, diakses pada tanggal 18 nopember 2010.

[2] Abi Raihan Muhammad Ibnu ahmad, Kitab al-Qanun al-Masudi juz 1 (Hindi:tt,1954), 42.

[3] Secara definitive baca, Simamora,Ilmu Falak(Kosmografi),(Jakarta; Pedjuang Bangsa,1975), 5

[4] Istilah ini juga bisa di lihat Departemen Agama, Almanak Hisab Ru’yat Dep. Agama,(Jakarta: PPBPAI, 1981), 238.

[5] Lihat juga di Hambali, s, Ilmu falak, (tt:1988), 29.

[6] Heliosentris adalah gagasan/ konsep tentang matahari sebagai pusat tata surya.

[7] Teori tentang Geosentris ( Bumi sebagai pusat alam semesta)oleh Ptolomeus ini bisa dilhat pada Admiranto, G, menjelajahi tata surya, (Yogyakarta: Kanisius, 2009), 4-5.

[8] Djoko lelono, m, Abu Raihan al-Biruni dan karyanya dalam Astronomi dan Geografi Mtematika, (Jakarta:Suara Bebas, 2007), 32.

[9] Ibid, 33.

[10] Berkaitan dengan teori ini terdapat polemik antara Biruni dengan rekannya Ibnu sina. Biruni berbantah dengan Ibnu sina tentang sejumlah gejolak alam termasuk hukum fisika untuk jatuh bebas. Biruni mengakui adanya hukum saling tarik menarik antara benda-benda sebagai sifat hakiki. Ia menekankan bahwa semua benda berusaha mendekati bumi dan bahwa alasan semua benda bertahan dipermukaan bumi (tidak terlepas dan tidak berterbangan keluar angkasa ) merupakan bukti adanya tarikan benda ke bumi. Djokolelono, M,Abu raihan al-Biruni dan karyanya dalam Astronomi dan Geografi Matematika (Jakarta: Suara bebas, 2007), 33.

[12] Djoko lelono, Abu Raihan ,,,35

[13] Ibid, 36.

[14] Djoko Lelono, Abu Raihan,,,57.

[15] Hafi, teori bumi itu bulat, diakses darri website http://www.scribd.com/doc/36924208/Teori-Bumi-Itu-Bulat .

[16] Djokolelono, Abu Raihan,,59.

[17] Djoko Lelono, Abu Raihan,,65.

[18] Dari puncak gunung Biruni mencari perpotongan antara tanah dengan langit, yaitu lingkaran horizontal dan biruni menemukannya pada instrument(astrolabe), yang membatasi garis barat –timur horizontal dan menentukan sudut inklinasi(kecondongan) yang ternyata sama dengan 34´. Djokolelono, Abu Raihan Biruni,, 62.

1 komentar:

  1. Hebat ibu bisa telaah kitab Al-Biruni yg qanun al-mas'udi, sbuah refleksi kcintaan kita pada ilmu...smoga jdi panen pahala bgi ibu, sy juga skripsinya mau ttg Al-Biruni hny saja dlm bidang sejarahnya (maklum Al-Biruni 'multi talen'..tulisan ibu bs jdi referensi nich..

    BalasHapus